Pada blog kali ini, saya akan menceritakan tentang Asal Mula Danau Batur. Cerita ini termasuk cerita rakyat yang berasal dari daerah Bali. Sebelum memulai cerita, kira-kira apasih cerita rakyat itu?
Well, menurut paradigma saya cerita rakyat itu, seperti sebuah keyakinan yang berasal dari suatu daerah dimana cerita tersebut berkembang secara turun temurun dari masyarakat. Salah satunya adalah legenda. Legenda sendiri termasuk cerita rakyat yang menceritakan tentang asal-usul suatu tempat. Kebenaran dari cerita legenda tersebut menurut saya pribadi belum tentu benar adanya.Alasan saya kenapa saya memilihi cerita ini karena saya sangat cinta sekali dengan Pulau Bali. Sangat-sangat cinta. Kenapa? Karena di sinilah saya tidak pernah mengeluh jika jalan kaki sejauh apapun itu hahaha :D
Alasan lain ya tentu saja karena keindahan pulau ini. Mungkin banyak orang menyukai Bali karena keindahan pantainya. Tapi saya lebih suka keindahan di daerah ketinggianya, seperti Danau Bratan, Danau Batur dan kawasan Bedugul.
Gunung
Batur dan Danau Batur terletak di Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli. Objek
wisata ini berada di dataran tinggi dekat dengan kawasan Bedugul. Biasanya para
wisatawan yang ingin menikamti panorama danau Batur berkumpul di pinggir kawah
Gunung Batur. Pemandangan yang disuguhkan sangat menakjubkan. Biasanya para
kawasan ini digunakan para wisatawan untuk hiking
atau photograpghy.
Yap! Cukup sudah basa-basinya ya, nanti bosen lagi bacanya >.<
Asal Mula Danau Batur
Dahulu
kala, di Pulau Bali hiduplah seorang raksasa laki-laki yang bernama Kebo Iwa.
Kebo Iwa ini memilki badan yang sangat besar karena hobinya adalah makan.
Sebenarnya ia cukup baik karena sering membantu penduduk sekitar. Seperti
membantu membangun rumah, mengangkat batu besar dan menggali sumur. Sayangnya,
setiap ia membantu penduduk sekitar, ia selalu meminta imbalan dengan meminta
menyediakan makanan yang banyak untuknya. Jika sampai dua hari tidak makan,
Kebo Iwa akan mengamuk dan merusak apa saja yang ada di hadapannya. Tak peduli
apapun itu meskipun itu adalah rumah penduduk atau pura ibadah.
Terkadang
penduduk desa merada kewalahan untuk menyediakan makan untuk Kebo Iwa. Karena
badannya yang sangat besar, Kebo Iwa baru akan berhenti makan jika sudah
memakan untuk porsi 100 manusia. Meskipun penduduk sudah tidak membutuhkan
bantuan pun, mereka tetap harus menyediakan makanan untuk Kebo Iwa.
Hingga
tibalah kemarau yang panjang melanda desa tersebut. Semua kebun, sawah milik
penduduk mulai kering dan kosong. Persediaan makanan seperti beras dan bahan
makanan lain pun susah diperoleh. Penduduk sudah mulai khawatir akan kondisi
Kebo Iwa yang kelaparan. Untuk makan sendiri saja sulit apalagi menyediakan
makanan untuk Kebo Iwa.
Benar saja
kekhawatiran penduduk. Kebo Iwa yang kelaparan mulai menghancurkan apapun yang
berada di hadapannya. Rumah-rumah penduduk dan Pura ibadah pun tidak luput dari
amukannya.
Penduduk
desa yang merasa terancam nyawanya, melarikan diri ke desa tetangga. Tapi Kebo
Iwa tetap mengejar mereka dan tetap meminta makanannya.
Karena semakin
lapar, Kebo Iwa pun semakin ganas. Tidak hanya menghancurkan bangunan, tapi ia
mulai memakan hewan ternak para penduduk dan memakan beberapa penduduk.
Melihat hal
itu terjadi, para penduduk pun murka dan marah. Para pemuka penduduk pun
berkumpul untuk menyusun rencana membunuh Kebo Iwa. Mereka menyusun siasat
dengan pura-pura berdamai dengan Kebo Iwa. Langkah awal, para penduduk harus
memancing Kebo Iwa dengan makanan yang banyak. Dengan segala cara, mereka
berusaha mengumpulkan sisa-sisa makanan yang mereka miliki.
Keeseokan
harinya, Kebo Iwa mulai bekerja membangun kembali rumah para pendududk.
Bersamaan dengan itu, para penduduk pun sibuk mengumpulkan batu kapur dalam
jumlah yang sangat besar. Melihat hal itu, Kebo Iwa pun merasa bingung karena
ia sudah merasa cukup menggunakan batu kapur untuk keperluan membangun rumah
para penduduk. Kepala desa pun berdalih mengatakan jika batu kapur itu
digunakan untuk membangun rumah untuk Kebo Iwa. Mendengar hal itu, Kebo Iwa pun
sangat senang dan semakin semangat menggali sumur yang dalam untuk mata air
penduduk desa. Dengan semangat ia menggali tanah dengan kedua tangannya hingga
tanah bekas galiannya pun sudah sangat tinggi menyerupai gunung.
Namun
karena permintaan penduduk desa yang ingin sumur yang sangat dalam membuat Kebo
Iwa kelelahan ditambah lagi ia terlalu bersemangat di awal yang mebuat ia merasa kehabisan tenaga. Sampai
suatu saat ia tertidur di dalam sumur tersebut yang sudah sedikit tergenangi
mata air. Suara dengkurannya sangat keras sehingga terdengar oleh penduduk
desa. Penduduk desa pun berbondong bonding mendekati sumur tersebut dan mulai
melempari batu kapur yang mereka kumpulkan ke dalam sumur. Kebo Iwa yang sangat
kelelahan tidak merasakan apa-apa karena terlalu nyenyak tidurnya. Baru saat
air yang sudah bercampur kapur menyentuk hidung Kebo Iwa, ia baru menyadarinya.
Namun karena kondisinya sangat kelelahan Kebo Iwa tidak mampu berbuat banyak
untuk menyelamaykan dirinya, ditambah lagi batu yang dilempar penduduk juga
semakin banyak yang makin memberatkan tubuh Kebo Iwa. Sampai akhirnya air dan
batu kapur itu menenggelamkan Kebo Iwa. Kebo Iwa sempat menggelepar-gelepar
menyelamatkan diri sehingga membuat gempa. Tapi tak berlangsung lama yang
menandakan bahwa Kebo Iwa sudah tewas didalamnya.
Sekarang
ini danau tersebut kita kenal dengan nama Danau Batur dan timbunan tanah yang
tinggi tersebut menjadi sebuah gunung yang kita kenal juga dengan nama Gunung
Batur.
Sumber :
Somantri Lili. Jurnal Pendidikan Geografi. Keunggulan Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata Andalan Indonesia. (Online). http://103.23.244.11/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541-LILI_SOMANTRI/makalah_bali.pdf , diakses 10 Maret 2017.
Ikranegara Yudhistira. (tidak tertera tahun terbit).Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Lengkap. (tidak tertera kota penerbit):Brian Publisher.
Komentar
Posting Komentar